Email Subscription box byLatest Hack

29 April 2013

Saya, Kelebihan Merindukanmu

"Yah, hidup memang selalu terasa lembut dan manis, seperti satu slice tiramisu cake. Jika menikmatinya terlalu banyak, yang ada hanyalah rasa pahit. Namun apabila setiap hal dinikmati sesuai porsinya, maka kelembutan dan rasa manis itu akan bertahan selamanya."

Satu paragraf yang kusuka dari buku ini. Ya, hanya satu paragraf itu, melumpuhkan keluhanku atas seluruh isi buku. Ia cermat diletakkan dua halaman sebelum cover belakang, satu halaman sebelum halaman promo buku lain.

Buku dengan tagline "Cintaku selembut keju, sepahit kopi" ini menipu dari segi cover. Don't judge the book by it's cover, and now I'm agreed with that. Patah, kalimat dan paragraf itu seakan jadi juru selamat.

Karena itu saya tidak akan membahas buku itu di postingan kali ini. Lebih kemana kalimat dan paragraf itu seharusnya ditempatkan, perasaan.

Sesuatu yang berlebih memang selalu tidak lebih baik. Terlalu rindu, terlalu sayang atau bahkan terlalu terobsesi akan sesuatu, atau mungkin seseorang. Jika orang bisa kecanduan kafein dan nikotin, saya kecanduan tiramisu. Bukan potongan kecil kue seperti simbolis diatas, tapi cair dalam kungkungan gelas sekali pakai.

Ia hadir lewat sebuah tombol, begitu instan, begitu ekstra. Ia begitu manis, sampai tak perlu menumpahkan gula, menghalangi rasa. Ia, tiramisu dan kopi yang manis, tak ada kepahitan dalam rasanya. Membuatku ingin terus tambah, tambah dan tambah.

Lalu pahit. Lalu dingin.

Saya kelebihan tiramisu...

Saya kelebihan merindukanmu...

0 comments:

Post a Comment