Email Subscription box byLatest Hack

19 April 2013

Kamu, Selalu

Langit terlalu biru untuk tak kita nikmati. Seorang pria merebahkan tubuhnya diatas rumput pinggir lapangan yang sering didatanginya belakangan. Menumbukkan tatapannya pada langit yang bergerak dari sela-sela daun pohon tua. Pramudya menyelipkan earphone di telinganya. Lagu yang sama setiap hari didengarnya. Lagu yang melempar memorinya pada ingatan lalu. 

Sepasang perahu kertas bertabrakan di sudut aliran air muka kelas. Pramudya kecil hanya bisa tertawa melihat sepasang perahu kertas itu perlahan tenggelam. Begitu juga yang dilempar tawa, terbahak. Sekelebat bayangan putih, Pramudya sudah berada diatas sepeda yang melaju kencang. Dipacunya makin kencang hingga teriakan yang diboncengnya juga selaras kencangnya. Mereka tertawa disela napas yang tersenggal. Alunan lagu masih mengalir, tanpa sepengetahuannya, seragam sekolahnya sudah basah kuyup. Tas sekolah sudah jadi atap. Pramudya berlari kecil memburu yang diburunya menembus hujan. Dibandingkan deru air mata langit, tawa mereka menggelegar. Berhenti, berteduh pada satu atap, saling melempar senyum. 

Celana pendek basahnya seketika memanjang. Warnanya pun luntur dari biru menjadi abu-abu. Ditelinganya menempel telepon seluler yang digenggamnya erat. Wajah tersenyum disampingnya mendadak hilang. Berganti suara merdu di seberang. Menanyakan kabar dan bertukar rindu. Baru saja ia ingin bermanja, telepon genggammnya tak mengeluarkan suara, hanya aroma manis. Sebatang coklat terganti disana. Rambut berguguran dibalik topinya. Pramudya mendadak botak. Ia tak lagi bermanja melalui kotak suara, sesungging senyuman sudah tersaji dihadapannya. Pramudya kikuk, sepasang mata dihadapannya sama kakunya. Mereka hanya tiga puluh satu menit disana. Masih dengan perasaan asing yang sama, seketika pria yang sama asingnya muncul disampingnya, dihadapan Pramudya. Perut orang yang ditatapnya mendadak membengkak. Tapi senyumnya sama lebarnya. Mereka berdua kemudian tersenyum. 

Lalu semua gelap.

Dalam kebingungan, Pramudya membuka mata. Langit masih biru dengan awan berarak melintasi lapangan itu. Terduduk, bersandar pada batang besar pohon tua itu. Lagu yang sama masih mengalun disana.

"You are always gonna be my love." Utada Hikaru - First Love
Categories:

0 comments:

Post a Comment