Email Subscription box byLatest Hack

21 August 2021

Adik

 Aku punya adik yang tak pernah kumiliki. Yang aku tau, kepalanya peyang-karena terantuk meja saat kugendong kala ia berumur 3 bulan-, dan doyan makan Indomie. Sekali makan bisa dua bungkus. Baik kuah maupun goreng.

Aku juga hanya tau ia lahir kemarin, 21 tahun lalu. Saat ia lahir, tak ada keluarga yang menemani ibu. Hanya petugas intel teman kakak yang dititipi kala itu. Rasanya ibu jadi orang penting.

Ia jadi rebutan di keluarga besar, baik ayah maupun ibu. Kemana pun nasibnya kala itu, akan baik-baik saja kelak.

Aku juga hanya tau ia suka jejepangan. Sepertiku. Hanya lebih ekstrim. Jauh, lebih ekstrim. Aku punya kaos souvernir dari jepang yang dibawakannya saat berlibur ke sana. Sekarang sudah jadi kain pel.

Yang aku tidak tau, apa ia tau aku kakaknya?

Rasanya ingin berbincang lepas seperti orang pada umumnya. Menanyakan hari-harinya sebelum ia naik ke renjana. Sekadar bercanda gurau ala kakak-beradik, atau mengajarkannya hal-hal baru. Sleepover party kala duka melanda seperti yang lalu. Menasihati tentang hidup dan dunia pekerjaan agar ia kelak lebih berhati-hati melangkah, memberi jokes garing ala bapack-bapack, tau sekedar menggoda pengalaman romansa yang sedang dijalaninya.

Apapun itu, ia tumbuh dengan baik. Tidak ada yang lebih penting dari itu.

Tidak Ada

Tidak ada orang tua yang ingin menguburkan anaknya.

Aku paham sekarang betapa larutnya kesedihan ibuku saat adik bungsu yang sudah tak kuhapal lagi mukanya itu meninggalkan kami duluan.

Ia hidup terlalu singkat, kami hidup terlalu lama berlumur dosa.

Doaku di akhir wajib selalu sama. Panjangkanlah umurnya, jauhkanlah penyakit darinya. 

Karena tidak ada orang tua yang ingin menguburkan anaknya.