Email Subscription box byLatest Hack

27 December 2012

Hujan Akhir Tahun

Hujan akhir tahun makin deras. Rintiknya tak lagi satu-dua, tapi sepuluh sekali tebas. Pohon-pohon basah. Atap juga. Hanya beberapa atap tak mampu menahan rintihan alam. Beberapa ikut menangis. Menembus plafon dan membasahi tempat tidurku. Banyak kekecewaan disana. Aku yang cepat terbangun, terlebih lagi Ibu. Mengantrikan kucingnya di kamar mandi, sekedar mencuci pantat atau sekalian memandikan mereka, adik-adik kecilku.

Tadi pagi ia sempat mengumpat padaku. Aku tidak cerdas, katanya. Hanya karena aku malas berjalan sepuluh-sebelas langkah ke warung di depan warung yang tak menyediakan mi instan goreng kesukaannya. Warung andalannya yang serba lengkap tutup, pemiliknya merayakan Natal. Aku pulang hanya dengan kerupuk di tangan.

“Jadi orang itu harus cerdas!”, ia masih meneriakkan hal yang sama. Ya, aku tidak cerdas. Aku tidak selesai sekolah. Tidak seperti sebagian, tidak, semua temanku yang sudah selesai atau masih bersekolah. Aku lebih mengandalkan intuisi di jalan rejeki. Bakat? Itupun aku curi dari beberapa orang yang selalu menegakkan kepalanya, lupa menengok ke bawah.

Selingan hujan diisi suara motor pergi dan merapat lima belas menit kemudian. Suara panci berisik dan sedok mengait. Mi goreng kesayangannya sudah di meja makan. Belum kering. Aku masih menonton My Sister Keeper. Persis di scene Cameron Diaz memangkas habis rambutnya. Scene-nya ringkas. Tapi aku terharu. Ibu kembali teriak lantang

“Makan itu. Coba rasa. Enak rasanya,”

Ia membeli mi goreng instan kesukaannya itu ditengah hujan di toko serba ada ujung jalan hanya untuk membiarkanku mencicipi apa yang ia sama suka. Ia hanya membeli satu. Tidak untuknya, juga Ayah. Aku menyambar mi goreng instan kesukaannya yang setengah kering itu, menimbunnya dengan nasi, melumuri kecap, yang kutau juga kesukaannya. Aku makan dengan gelembung air di sudut mataku, sembari mengetik post ini, dengan My Sister Keeper yang ku-pause dulu.

Aku akan memperbaiki atap itu segera, Bu. Aku tidak cerdas. Tapi aku punya orang yang selalu mengingatkanku hal itu. Itu sudah lebih dari cukup. Agar aku tidak seperti orang berilmu yang kucuri ilmunya sementara ia masih menegakkan kepalanya, lupa melihat kebawah. Agar aku tidak lupa, aku harus melihat kebawah. Agar aku tidak lupa, kalian masih ada. 

0 comments:

Post a Comment