Email Subscription box byLatest Hack

04 February 2012

Subhanallah!

Posting ini sudah lama terpendam hanya gue bingung menuliskannya seperti apa. Sampai kemarin ide untuk mengangkatnya kembali dan mudah-mudahan sempat ke post :D

Ide post ini berawal dari suatu saat di tengah hari yang terik. Jalanan Makassar sudah tampak amburadul berisi manusia super sibuk, sibuk, atau hanya menyibukkan diri. Mereka tumpah ruah di jalanan utama kota ini. Gue salah satunya. Suasana siang itu sungguh tidak menyenangkan mata, telinga dan hati.
Diantara deru suara knalpot kendaraan yang terus mengotori udara, suara ketidaksabaran dari klakson dan sedikit cacian kecil dari mulut pengendara pun tak kalah bersaing. Gue sama sekali gak suka berada di tengah kemacetan beserta orang-orang seperti ini, pikirku dalm hati.

Tapi seketika pandangan gue tertuju pada sesosok wanita tua renta. Kulit hitamnya dilindungi kain tipis yang menutupi bagian atas tubuhnya dari sengat sinar matahari. Kain lainnya berupa sarung bertugas melilit bagian bwah tubuhnya. Ia berjongkok tepat di pinggir pembatas jalan. Beberapa motor yg tampak buru-buru, ingin rasanya melambung apa daya wanita itu menghalangi jalan mereka. Dalam hati gue berpikir, jika ketidaksabaran orang-orang itu sampai pda batasnya, bisa jadi wanita itu jadi sasaran amarah mereka. Namun diantara hiruk pikuk jalan, wanita renta itu hanya berjongkok tak bergerak. Ditangannya menggenggam sesuatu untuk menunjuk sesuatu pula yang terpampang di depannya diatas susunan plastik dan karung yang tampak seperti jualan atau belanjaannya. Mulutnya komat-kamit. Awalnya gue gak terlalu mempedulikan, hingga tibalah giliran gue yang berada tepat disampingnya hingga..

Subhanallah..

Hanya kata itu yang keluar dari hati gue dan dalam sepersekian detik yang rasanya seperti berhentinya waktu, gue menghaturkan syukur, maaf sekaligus penyesalan kepada Allah SWT pencipta langit dan bumi. Gue salut dengan apa yg gue liat. Seorang wanita tua renta yang entah sedang menunggu apa atau memang tak ada yang ditunggu, berjongkok di pinggir jalan dengan mulut komat-kamit dan ditangannya terlihat pisau. Ya, pisau. Pisau yang digunakan untuk menunjuk sebuah buku, bukan, itu jelas sekali kitab dengan tulisan arab diatasnya. Ia melantunkan lafadz Allah sejak tadi. Diantara kerumunan manusia yang mungkin lupa dengan hal yang satu itu. Sebagai kewajiban kita terutama umat Muslim, untuk setidaknya melafadzkan 2 ayat Al-Qur’an sesibuk apapun kita. Subhanallah..

0 comments:

Post a Comment